Kamis, 31 Desember 2015

See you, Cici!

Today I learned something ...


Well, sebenarnya udah lama tau tentang itu, udah sering denger juga, tapi baru kali ini ngerasain sendiri. Dan, makjleb banget dalam hati. Ceritanya aku punya temen deket dari China. Nama Inggrisnya Cici, nama Chinese nya Xia JinXi. Nah dia itu ke Taiwan sebagai exchange student. Kami ambil dua kelas yang sama dan sempat beberapa kali kerja dalam satu tim. Dia orangnya asik, kritis, open-minded, lucu, punya pandangan yang "ga biasa", dan sangat mencintai politik (anggota Partai Komunis gitu loh). Kami sering dinner bareng, atau sekedar jalan bareng balik ke asrama sehabis kelas. Pokoknya sama dia itu aku ngerasa klop banget dah. Kadang kalo aku lagi sharing pendapatku tentang beberapa hal, dia selalu nyeletuk, "You give me a very good lecture right now!" haha, Aku juga sering sharing tentang Islam ke dia, karena dia juga tau beberapa hal (wow, aku juga kaget), dia bilang dia pernah baca buku tentang Islam dan dia bilang itu keren banget. Pokoknya anak ini sesuatu lah.


Jadi hari ini dia bakal balik ke China. Sebenarnya besok sih, cuma dia mau ngerayain new year eve di Taipei, jadi harus berangkat pagi-pagi dari kampus kami tercinta yang letaknya emang agak di gunung ini, haha. Dia bakalan bakalan berangkat dengan bus paling pagi dari kampus, dan emang udah niat kalo aku bakalan nganterin dia sampe halte bus kampus. Jadi hari ini tuh aku bela-belain bangun pagi di musim dingin yang syahdu ini demi nganterin si Mainlander ini. Bus seharusnya dateng jam 7.45, tapi emang biasanya agak telat sih. Aku nyampe ke halte kira-kira jam 7.40 dan dia belum nongol. Aku tungguin sampe kira-kira jam 7.55. Dan dia belum juga nongol. Nah aku balik ke asrama dong, aku pikir mungkin akan ketemu dia di jalan dan sekalian bantu bawain barangnya. Eh ga juga ketemu. Aku penasaran anak ini di mana? Jadinya aku balik lagi ke halte dan dia juga ga ada di sana. Aku mikir, hmm mungkin dia naik bus selanjutnya. Yauda deh aku balik ke kamar. Ga lama aku sms, kamu udah berangkat ta? Dan dia jawab, iya aku udah di bus. Omaigaaad~~~ Aku dua kali ke sana dan kamu ga ada loh nak! Dia bilang iya tadi aku buru-buru, nyampe sana itu kira-kira 30 detik sebelum busnya nyampe. Oalaaaah~~ Sedih banget.

Jadi pelajarannya adalah ...
Sekeras apapun kita usaha, kalo memang ga ditakdirkan ketemu ya ga bakalan ketemu. Bayangin aku dua kali bolak-balik ke tempat yang sama tapi tetep aja akhirnya ga ketemu. Dan sama juga kayak sesuatu yang emang bukan buat kita pasti ga bakalan dapet. Hmm emang iya, kalo aja aku tadi agak sabar dikiiiit aja nunggu, mungkin bisa ketemu, tapi kan kita gaboleh berandai-andai ya, pintu masuknya setan itu.


Take care, buddy! Have a safe flight. I will miss you, because you're the first Mainlander that I've ever been close with. See you when I see you.

Kamis, 15 Oktober 2015

Islam kita hari ini

Aku menulis ini sebagai opini pribadi atas peristiwa pembakaran sebuah rumah ibadah umat Kristen di Aceh Singkil beberapa hari yang lalu. Setelah kejadian di Tolikara beberapa waktu silam, sekarang terjadi lagi kejadian serupa.

Tulisan ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar, bukan juga tentang siapa yang terzalimi dan siapa yang menzalimi. Aku tidak tahu itu, aku tidak tahu. Sebab aku tidak berada di sana dan tidak menyaksikan apa yang terjadi. Dan tentu saja, aku tidak akan membahas toleransi karena percuma saja.

Yang aku ingin sampaikan,
Hei saudara muslimku, kita tidak diajarkan untuk berbuat begini, kan? Tidak. Tidak. Sama sekali tidak. Aku tidak menemukan ajaran tentang ini dalam sejarah perjalanan hidup Nabi kita yang pernah kubaca, tidak pernah, tidak ada. Muslim itu adalah rahmat, kita bukan perusuh, bukan perusak, bukan penjahat.

Kalian bilang, "Nyoe Aceh kon Medan." Lalu? Apa hubungannya? Apakah dengan adanya umat Kristen di Aceh kemudian menjadikan Aceh kita tercinta ini "tercemar"? Membuat Aceh kita tidak lagi pantas disebut Bumi Serambi Mekah? Tidak ada hubungannya saudara. Tidak ada. Kita yang menentukan itu, bukan keberadaan mereka. Kalian tentu paham kenapa dulu tanah kita ini disebut Serambi Mekah, sebab wara' nya para ulama, sebab tradisi shalih dan menshalihkan diantara masyarakatnya, sebab antusiasme belajar Islam, serta sebab masjid-masjid penuh sesak oleh anak muda.

Tapi lihat sekarang, bahkan warung kopi lebih penuh daripada masjid-masjid. Orang-orang saling tuduh sesat satu sama lain. Dan sekarang kemudian kita salahkan orang yang ingin beribadah sesuai kepercayaannya? Kalian khawatir mereka menyebarkan agamanya? Makanya kita harus terus belajar Islam. Islam yang benar, Islam yang dijelaskan dalam Alquran dan yang dicontohkan Nabi kita. Bukan Islam yang kata ustazd anu, kata ustadz itu.

Tidak, tulisan ini bukan untuk membela umat Kristen di sana. Bukan sama sekali. Sebab jika beritanya benar bahwa pembangunan rumah ibadah itu tidak berizin, jelas mereka juga salah.
Tapi walaupun mereka salah, tetap saja kita tidak boleh bertindak seperti itu, kita tidak diajarkan begitu saudaraku, sama sekali tidak.

Kalian tentu merasa tidak senang, marah, jengkel bahkan benci sekali saat mendengar ada saudara Muslim kita yang diusik ketenangannya, atau saat mendengar ada masjid yang dibakar, atau masjid yang dilecehkan. Tentu kalian marah. Dan tentu saja, begitu pula perasaan umat Kristen lain saat saudara mereka diusik. Jika kalian terlalu susah memahaminya sebagai pemeluk kepercayaan yang berbeda, pahami saja sebagai manusia. Ya, sebagai manusia.

Aku hanya ingin sampaikan,
Islam yang aku pahami tidak mengajarkan hal seperti kejadian yang tidak mengenakkan ini, dan semoga kalian semua juga bisa memahami bahwa Islam yang dibawa Muhammad SAW bukan Islam yang menyebar ketakutan dan kebencian.

Jumat, 25 September 2015

Tentang cinta; tentang saudara kita

"Sebab kita tahu, berjalan berombongan tentu akan lebih lambat
daripada berjalan sendirian.
Namun kita juga tahu, berada dalam jama'ah tentu lebih indah"

........................................................................................

Sebagai mahasiswa muslim di negara ini, kami tergabung dalam sebuah forum silaturahim. FORMMIT namanya, aka Forum Mahasiswa Muslim Indonesia Taiwan. Jadi cerita nya, besok Formmit area selatan yang bermarkas di Tainan bakalan ngadain acara penyambutan untuk mahasiswa baru. Yaa semacam welcoming party gitu deh. Dan sebagai mahasiswa lama *uhuks kali ini aku bertugas ngompor-ngomporin para maba di wilayah Chiayi dan sekitar buat partisipasi.

Tapi hasilnya ...
Respon nya ga sesuai ekspektasi. Dari mulai ga ada respon, ga ada kepastian, sampai ga bisa ikut dengan berbagai alasan. Kesel. Sedih. Dalam hati aku ngedumel, "Kenapa rasanya susah banget kok diajakin buat ketemu saudara sendiri? Sibuk kah? Sama! Kita juga. Bisa jadi lebih sibuk malah. Tapi ini acara diadain buat kalian loh, para maba. Bukan buat kita-kita pemain lama. Kita cuma pengen kalian tau kalau di negeri minoritas ini, kalian punya keluarga. Just it."

Astaghfirullah, inget untuk husnudzan, Nak!

Yah, barangkali mereka memang benar-benar punya hal penting yang harus dikerjakan. Atau nggak punya uang lebih untuk pergi ke tempat acara (karena lumayan jauh memang, makan waktu satu jam perjalanan naik kereta).

Dan lagipula ...
Bukankah kita adalah cerminan saudara-saudara kita? Duh, Allah,, ampuni kami yang kadang masih dengan mudahnya berburuk sangka pada saudara kami. Bimbing hati-hati kami untuk tetap mencintai dan berbaik sangka pada saudara kami.

Selasa, 15 September 2015

Hello again, Taiwan!

Huaattchiiimm!

Hey school, I am back! Alhamdulillah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 24 jam (dihitung sejak keluar dari rumah sampe beneran nyampe asrama kampus, termasuk waktu transit yang warbiazaah), akhirnya aku kembali menginjakkan kaki di sekolah. Kedatangan kali ini dimeriahkan oleh demam, batuk dan flu. Weather shock deh kayaknya, *ya kalee :p tapi walopun begitu, tetep kece kok, bener! Haha.

Senin pagi, abis beberes koper dan bebersih, aku langsung meluncur ke perpustakaan. Mau ambil pelajaran eh tapi belum bisa (ternyata buat mahasiswa baru dimulai setelah jam 1 siang). Terus ke computer center, bayar internet buat di kamar. Abis itu pergi ke administration building buat registrasi kartu mahasiswa, *yeay tandanya udah 3! Kelar semua urusan, istirahat bentar lurusin pinggang, dan cus ke Toko nya mba Wiwi. Dan rada-rada melow gitu pas kemarin ke Toko Wiwi, tanpa si kakak, hiks. But I have to get used to this situation.

And here I am, heading for the next mission.
Hey my second year, calm down, I will be easy to you!

Jumat, 03 Juli 2015

Double Scenes; Perpisahan dan Pertemuan

Ukhuwah itu bukan pada indahnya pertemuan,
tapi pada ingatan seseorang terhadap saudaranya,
dalam DOA.
-Imam Al Ghazali-


...
Pagi ini, ba'da sahur sebelum subuh,

Tetiba inget kalo udah sebulan lebih ga nulis apa-apa di blog ini. Uh, padahal kan kemarin katanya mau rutin nulis minimal seminggu sekali, atau sebulan sekali juga boleh deh. Eh tapi bulan Juni udah lewat aja tanpa satu tulisan pun. Hiks, hiks. Tapi sebenarnya, justru di bulan Juni kemarin itu aku punya tugas nulis seabrek-abrek sampe-sampe ga sempat nulis di sini. Jadi, sebenarnya aku nulis kok! Kalo gitu, boleh lah ya aku posting mini-research dan term paper hasil tulisan bulan lalu? Haha, *maksa.

Well, sebenarnya hari ini perasaan campur aduk. Hari ini, 3 Juli 2015, adalah tanggal yang tertera di tiket penerbangan ku menuju Indonesia. It's mudik time! Yeay! Akhirnya pulang juga pemirsaaah~~~ Udah kangen berat sama Bunda, Ayah, adek bontot dan kembaran tersayang yang ga ada mirip-mirip nya. Huehehe.. Harusnya bahagia, kan? Iya. Bahagia, pake banget malah. Tapi di sisi lain, hari ini juga aku bakalan menghadapi satu scene episode perpisahan. Sebuah perpisahan dengan seseorang yang belum tau apakah bisa bertemu kembali atau tidak. Perpisahan dengan seseorang yang setahun ini sudah menemaniku melewati hari-hari di negeri ini. Perpisahan dengan seseorang yang waktu dengannya kuhabiskan lebih banyak daripada waktu untuk baca buku di perpustakaan, hehe..


When we was in Kenting, spring break 2015, Taiwan.


Ah, belum apa-apa aku udah mikir gimana ya aku semester depan "sendirian" di sini. Belum apa-apa aku udah rindu padanya, hihi *lebay but I mean that! Really!
Aku ga tau dalam frame apa aku bakalan dikenang olehnya. Tapi dalam memoriku, aku akan selalu mengenangnya sebagai seorang kakak yang super baik, super cerdas, super keren dan super ngeselin (kadang-kadang ^_^v)

Teurimong geunaseh, Cut Kak. Lon lakee meu'ah bak mandum-mandum salah, beuh.
Selalu ingat adikmu ini dalam doa, semoga suatu hari bisa keren kayak kakak.

Minggu, 24 Mei 2015

Sajak Dini Hari

Saat kau sendirian dan masih terjaga,
lantas airmata jatuh sendiri,
itu artinya ada hal yang kau simpan, rapat-rapat.
Yang tampak darimu adalah kuat,
adalah riang, adalah senyum,
adalah semangat, adalah hari esok.
Kau simpan sendiri hari kemarin, 
rapi sekali.
Sedihnya, kalutnya, sesalnya, gelisahnya.
Lalu ia luruh sendiri.

Saat kau sendirian dan masih terjaga,
lantas airmata jatuh sendiri,
maka itu adalah butir resah yang dihela dalam-dalam,
disembunyi diam-diam.
Lalu ia luruh sendiri.

Saat kau masih terjaga, sendirian,
lantas airmata jauh sendiri,
mungkin kau rindu menatap langit lamat-lamat
lekat-lekat.
Lantas mengadu dengan teriakan tanpa ucap,
senyap-senyap.
Dan setelahnya, 
luruhan tanpa kata berhenti tiba-tiba.


Chiayi, May 24 2015

Sabtu, 09 Mei 2015

When you smile,,,

Real Dakwah is when you carry yourself as a genuine,
polite, and concerned human being
Because you're in a time
when everyone is selfish
- Ust. Nouman Ali Khan -

***

Kamis, 7 Mei 2015, 12.30 pm

Ceritanya hari itu aku pergi makan siang ke kantin. Laper banget abisnya dari pagi belum makan. Eh udah ding, makan assignment empat biji! Yummy~ :p Biasanya sih kalo lagi rajin aku masak sendiri. Cuma berhubung tugas lagi seabrek-abrek, yasudah lah, demi yang sejengkal ini, aku rela jadi vegetarian. Hiks!

Nah, karena aku masih sendiri, eh maksudnya cuma datang sendirian *dasar jomblo! jadinya aku cari meja yang kosong. Aku duduk agak ke belakang, tempat yang ngga rame orang, dan makan dengan damai di sana tanpa lupa baca basmalah XD
Pas lagi nikmat-nikmatnya makan, aku ngga sengaja ngeliat seorang cewek yang duduk di meja depan ku. Dan di saat yang sama ternyata dia juga ngeliat ke arah aku, lalu kami pun saling memandang dan kemudian tiba-tiba terdengar suara lolongan serigala! Haha ngga ding. Nah, karena dia juga ngeliat aku, refleks aja aku senyumin dengan senyum paling ramah se-Chung Cheng University. Dia juga balas senyum, dan abis itu aku lanjut makan.

Dan ngga lama kemudian, aku liat dia beberes barang dan piring makannya. Aku pikir, apa dia udah selesai? Kan makanan nya masih banyak. Ngga mungkin aja dia udahan, soalnya setau aku orang di sini jaraaang banget buang makanan. Eh ternyata dia mau pindah meja. And guess where? Yup! Ke meja aku, haha :D

Dia datang ke meja ku dan bilang, "Wo keyi zuo zheli ma?" Eh? Aku bengong beberapa detik dan lantas jawab, "Keyi, keyi!" Setelah itu dia nanya lagi, "Ni shi nali ren?" Eh? Aku bengong lagi. Terus dia ketawa dan bilang, "Ni ting de tong ma?" Aku jawab aja pake Inggris kalo aku dari Indonesia. Abis itu baru dia ngomong Inggris juga. Aigoooo, kenapa kagak dari tadi neng? Haha
Kami kenalan. Ngobrol-ngobrol, tanya tentang jurusan, tentang sekolah, banyak lah. Dan sebelum pergi dia ngasi aku ini,


Iya! Ini nomor hape si kawan beserta namanya. Dan katanya lagi, "Kalo kamu mau pergi keluar beli-beli sesuatu, hubungi aku aja, aku ada motor kok!"
Aku bengong (lagi). Ini anak, baru kenal, udah nawarin bantuan segitunya. Kalo aku orang jahat gimana coba? Terus tiap hari nelponin bilang, "Hey, aku pengen mie bakso nya Mbak Wiwi, anterin nyok!" gimana? Haha :D Tapi syukurnya aku bukan orang jahat, jadi kamu aman, Nak.

***

I learnt something on that day. Aku jadi inget sama hadits Rasul yang bilang, "Mukmin itu, mudah akrab dan gampang diakrabi ..." Yup. Tiap muslim adalah agen yang mau tidak mau akan merepresentasikan Islam dengan dirinya. Suka tidak suka, orang akan melihat Islam kita dari diri kita, seorang Muslim. Maka dakwah jaman ini bukan hanya memberi ceramah-ceramah, bukan hanya menulis buku-buku, tapi juga menyajikan akhlaq indah pada sesama. No matter who, siapa saja adalah objek dakwah, kan? Jika hanya dengan senyum saja orang bisa menawarkan "bantuan", apatah lagi dengan akhlaq indah lainnya? Mereka bisa berikan hatinya!

Aku belajar bahwa menjadi seorang Muslim di negeri asing ini tidaklah mudah. Orang-orang akan melihat Islam dari dirimu, dari caramu bergaul, dari caramu bicara, bahkan dari caramu makan! Allah,,, bantu kami memperbaiki akhlaq agar jangan ada orang yang menghina agama-Mu sebab akhlaq kami yang tak menawan. Aaamiin.

Selasa, 05 Mei 2015

(Still) Being a Teacher; Amazing!


Siapa yang ga meleleh coba dapat postingan macam ini?
Ini masih edisi "kemaruk", masih edisi salah tingkah, masih edisi terkagum-kagum, bahwa aku sekarang adalah seorang (calon) guru.
Hei, anak-anak itu merindukanku! 
Orang yang bahkan cuma bakalan senyam-senyum dan garuk-garuk kepala kalau mereka mulai ngomong panjang lebar, duibuqi dear~~ :D

Rasanya ga sabar menunggu minggu depan.
Nantikan aku ya anak-anak~~
Laoshi zhen de xiang nian ni men!

Rabu, 29 April 2015

Being a Teacher; Amazing!

Hari ini adalah kali kedua kami pergi ke sebuah elementary school untuk praktek mengajar. Sebagai seorang sarjana sains yang pindah jalur ke jurusan teaching English, udah pasti ini hal yang amat sangat bikin nervous setengah mati. Pengalaman ngajar yang bisa dibilang hampir ga ada (aku ga yakin apa jadi asisten pendamping praktikum mahasiswa juga bisa dibilang ngajar). Yaaa aku pernah sih jadi pembimbing olimpiade buat anak esempe, dan just it. Aku sama sekali ga punya banyak pengalaman dalam soal mengajar. Dan sekarang aku harus mengajar bahasa Inggris di esde, dengan tipikal anak-anak esde yang ... bener-bener fully charge  *(you know what I mean) dengan bahasa pengantar adalah bahasa Chinese *WHAT?!

Tapi untungnya kami bertugas dalam tim *Thanks God! jadi aku rasa masalah bahasa pengantar bisa teratasi. Begitu aku masuk kelas, itu anak-anak langsung terpana (mungkin dikira mereka ini makhluk dari planet mana? haha). Setelah perkenalan singkat dan dengan bekal bahasa Chinese yang pas-pasan (kalo ga bisa dibilang jelek banget) jadilah aku (dibantu teman-teman) ngajarin mereka. Tapi karena kelas ini adalah kelas yang proficiency level nya paling tinggi dari semua kelas, mereka kelihatannya bisa ngerti apa yang aku maksud, walau masih susah ngerespon. Setidaknya mereka ngerti, itu udah bagus.

Tapi ada kejadian yang bikin terharu hari ini. Pertama kali kami datang minggu lalu, aku bukan bertugas di kelas sekarang melainkan di kelas lain. Jadi, waktu aku beres-beres peralatan sebelum pulang, ada seorang anak cowok yang nungguin di luar kelas, Nama nya Bryon dan dia adalah murid di kelas yang pertama kali aku ajar minggu lalu. Waktu aku keluar dia nanya pake bahasa Chinese yang kemudian di-translate oleh temenku kira-kira gini, "Wini laoshi, why don't you come to my class today?" Oh my dear! Aku bengong ditanyain begituan. Dan kemudian temenku balik nanya ke anak itu yang kira-kira artinya, "Why? Do you miss Wini laoshi?" And guess what, dia jawab, "Yes!" 

Ya ampuuun,, aku terharu. Aku ga nyangka setelah kemarin ternyata dia masih ingat nama ku dan bahkan berharap aku ngajar lagi di kelasnya. Dan waktu di jalan pulang, temenku yang minggu kemarin ngajar di kelas sama bilang, "They keep asking where are you, Wini. They want their Wini laoshi".

Really?? Kali ini aku bener-bener terharu. Iya sih agak lebay, tapi aku tetep terharu. Ternyata begini rasanya jadi guru yaa, ada kebahagian tersendiri saat mereka ingat nama kita, saat mereka nyariin kita waktu kita ga nongol di kelasnya, bahkan saat mereka lambai-lambai cuma mau bilang "bye bye laoshi". Membahagiakan!

Walau aku tau kemampuan mengajar ku di bawah rata-rata (setidaknya saat ini), tapi aku udah bisa rasain betapa menyenangkan jadi seorang guru. Semoga  setelah ini aku bisa jadi guru beneran. Aamiin!

Happy teacher ever! :D

Senin, 27 April 2015

Tentang Takdir

Kenapa saya yang disalahkan jika Tuhan sudah tahu apa yang kan saya lakukan?

Ini adalah pertanyaan yang mungkin sering kita jumpai, atau bahkan diri sendiri juga pernah bertanya-tanya tentang ini. Soalnya aku pernah. Aku pernah berpikir, jika Allah sudah tetapkan urusan kita, akhir hidup kita dan kelanjutannya, berarti kita tak perlu susah-susah usaha, tinggal tunggu saja kemana takdir membawa kita. Atau seorang teman yang bahkan pernah mengutarakan pikirannya yang lebih kejam lagi,

"Allah tuh kayak jadiin kita kambing hitam deh, kan nulis takdir kita Allah, nah berarti kalau kita bikin maksiat, itu juga karena Allah yang nulis, kan?"
Wew! Waktu itu aku langsung istighfar deh, dalam hati,"ini orang serem banget!". Tapi kalau dipikir-pikir, pasti kita juga pernah terlintas pernyataan semacam itu. Mempertanyakan tentang takdir.


Nah kebetulan beberapa waktu lalu, aku dapat ilmu tentang ini. Diambil dari tayangan "The Deen Show" oleh Ust. Nouman Ali Khan.



""Ada sebuah analogi sederhana untuk memahami hal ini. Guruku menjelaskan hal ini kepadaku karena dulu aku punya pertanyaan yang sama.
Bayangkan aku akan mengadakan pesta. Aku membuat dua daftar tamu, siapa saja yang akan aku undang. DAFTAR A dan DAFTAR B.
DAFTAR A adalah daftar rahasia orang-orang yang akan aku undang, tak ada yang tahu siapa yang ada dalam daftar ini, hanya aku yang tahu. DAFTAR B terbuka untuk umum. Siapa saja bisa masuk dalam DAFTAR B asalkan mereka bisa menjalankan syarat-syarat yang kuberikan.
Kau, misalnya, ingin datang ke pestaku. Kau punya dua pilihan. “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin aku harus berusaha masuk ke dalam DAFTAR B. Jika kau berkata, “Yaaa, aku mungkin sudah ada dalam DAFTAR A, tak perlu repot-repot, bersusah payah masuk ke DAFTAR B dengan segala persyaratannya,” kau tahu itu membuktikan apa? Itu membuktikan bahwa kau tak terlalu ingin datang ke pestaku.
Tapi jika kau berkata “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin tidak, tapi aku ingin sekali datang ke pesta ini. Apa yang harus kulakukan? Aku akan berusaha sekuat tenaga mengerjakan sebaik-baiknya syarat-syarat yang diberikan untuk masuk dalam DAFTAR B.”
Seperti itulah sebenarnya takdir bekerja. Allah memutuskan siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka, ada sebuah DAFTAR RAHASIA. Tapi, ada juga sebuah DAFTAR TERBUKA. Lakukan ini, ini dan ini, kau akan masuk DAFTAR TERBUKA. Luar biasanya, setelah kau masuk dalam DAFTAR B, setelah semua jerih payahmu, kau menyadari bahwa namamu juga ada dalam DAFTAR A.
Semua orang yang terpilih dalam DAFTAR B, namanya sudah ada dalam DAFTAR A, dan semua orang yang tidak bersusah payah untuk masuk dalam DAFTAR B, namanya juga tak ada dalam DAFTAR A.
Artinya, Allah secara misterius memandu sebagian orang, tapi orang-orang itu adalah mereka yang memang sudah bersusah payah sejak awal untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Allah secara misterius memutuskan sebagian orang tak layak mendapat petunjuk, tapi tahu tidak, mereka memang orang-orang yang sejak awal tak berbuat apapun untuk mendapat petunjuk Allah.
Kedua hal tersebut, dalam filosofi disebut “KEHENDAK TUHAN” dan “USAHA MANUSIA.” Di dalam Islam, keduanya berpadu. Dan ada satu kalimat dalam Al Quran, yang menjelaskan perpaduan ini, di surat Al Fatihah, ayat “IYYAKA NASTA”IN.” (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) Kata “nasta’in” dalam bahasa Arab sangat penting. Ada beragam cara kita meminta pertolongan. Akan kuberikan analogi dari kalimat ini.
"Ban mobilku kempes, tapi aku duduk-duduk saja di dalam mobil, mendengarkan radio. Lalu kau lewat dan aku berkata, "Sob, bisa tolong gantikan ban mobilku? Akan kubukakan bagasinya." Lalu aku duduk-duduk saja di mobil selagi kau mengganti ban mobilku. Itu meminta bantuan, tapi itu cara yang cukup konyol dalam meminta bantuan.
Sekarang bayangkan banku kempes, aku lalu keluar dari mobil, kukeluarkan dongkrak, kucoba dongkrak sendiri, tapi aku tak cukup kuat, lalu kau lewat dan aku berkata, “Hei, Danny, sepertinya badanmu cukup besar, bisakah kau membantuku?” Aku berusaha lebih dulu, lalu aku meminta bantuanmu. Itulah yang disebut “nasta’in.” Aku sudah berusaha sekuat tenaga, setelah itu aku meminta bantuanmu.
Apa yang kita pelajari dari itu? Satu-satunya saat kita berhak meminta pertolongan Allah adalah setelah kita melakukan apa lebih dulu? Berusaha lebih dulu. Jika kita tak berusaha, kita tak berhak memohon pertolongan Allah. Itu yang selalu Allah lakukan.
Para sahabat bertempur dalam Perang Badr. Para malaikat tiba sesudahnya. Para malaikat tak ada di sana sebelum peperangan terjadi. Para sahabat tak bilang kepada para malaikat, “Bro, kami sudah bertempur sejak jam 3, dari mana saja kalian?” Tidak, tidak, tidak. Kau harus berusaha lebih dulu, lalu pertolongan datang.
Apa yang terjadi pada Ibrahim Alaihissalam? Dia dilemparkan ke dalam api lebih dulu, lalu apinya menjadi dingin. Usaha manusia lebih dulu, pertolongan Allah setelahnya. Tapi kedua hal itu adalah satu-kesatuan dan itu pada dasarnya penjelasan sederhana dari “Takdir.” Setelah kau berusaha sekuat tenaga, Alllah berkehendak memberimu petunjuk.""

Minggu, 26 April 2015

Dosa kita ...

Sebab tak ada dosa besar jika teriring istighfar kita padanya
Dan tak ada dosa kecil jika kita konsisten membersamainya

***
Setiap dosa pasti ada balasannya.
Bila pun tidak kita "rasakan" di dunia, maka sudah pasti akan kita dapati balasannya di akhirat.
Sebab catatan oleh malaikat Allah canggihnya luar biasa.
Tak akan ada yang terluput, pun terlupa.

Dosa kita pasti terbalas.
Tenang saja, tak ada yang terdzalimi dalam ketidakadilan perhitungan.
"Rezeki ku baik-baik saja, malah bertambah banyak,
 Tubuhku makin sehat bugar,
 Cita-cita dan keinginan ku terwujud semua,
 Padahal dosaku banyak dan bertambah-tambah rasanya."

Hei, apa kita mengira balasan dosa hanya sebatas itu saja?
Coba perhatikan hari-hari kita,
Bukankah Allah makin jarang kita ingat?
Bukankah mengerjakan amalan makin berat rasanya?
Bukankah shalat sering berlalu nyaris tanpa khusyu'?
Bukankah sibuknya dunia memudahkan kita melalaikan Nya?

Inilah nasehat Imam Hasan Al Bashri pada kita,
"Jika Allah langsung menghukum makhluqNya yang berdosa dengan memutus
  rezekinya, niscaya semua manusia di bumi ini sudah habis binasa.
  Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamuk pun,
  maka Allah tetap memberikan rizqi bahkan pada orang-orang yang kufur
  kepadaNya. Adapun kita orang mukmin, maka balasan atas dosa,
  adalah terputusnya kemesraan dengan Allah."



Chiayi, April 2015
Setelah membaca tulisan pengingat tentang dosa.

Senin, 13 April 2015

Sederhana, tapi rumit!

Salah satu hal yang paling tidak disukai manusia; perpisahan. Kadang-kadang sisi egois dalam diri kita bertanya-tanya, kenapa harus berpisah? Hei, sadarlah! Begitu sudah memang fitrahnya hidup di bumi ini. Kau tak mungkin selama nya berada di tempat itu-itu saja, bersama orang yang itu-itu saja, mengerjakan hal yang itu-itu saja. Hidup tidak se-monoton itu. Bahkan kalaupun kau ingin se-monoton itu, pasti tak bisa. Sebab memang bukan begitu cara kerjanya. Jika bukan kau yang pergi, maka orang-orang yang akan pergi. Jika kau tidak ditinggalkan, maka sudah jelas kau yang akan  meninggalkan. Sederhana, tapi rumit!

Padahal ada banyak hal menakjubkan dari perpisahan. Ya, tak banyak orang sadar akan itu. Aku sendiri pun kadang lebih suka berfokus pada "kesedihan" perpisahan itu sendiri dibanding dengan kejutan-kejutan baru setelahnya. Tapi kalau kita melihat lebih terang, bukankah pertemuan-pertemuan baru bermula dari perpisahan? Kita tidak akan mungkin melihat tempat baru, bertemu orang baru, merasakan pengalaman baru dan mengerjakan hal baru jika kita tidak "berpisah" dengan hal-hal lama. Pelan-pelan ketertakjuban kita akan hal-hal baru tadi akan menghilangkan fokus kita pada sedihnya perpisahan. Walaupun memang setelahnya akan ada perpisahan selanjutnya, juga akan ada hal baru selanjutnya. Siklus yang sama. Sederhana, tapi rumit!

Memaknai perpisahan adalah memaknai kecukupan. Artinya kau sudah cukup belajar dari situasi atau orang atau bahkan tempat yang kau akan berpisah dengannya. Kau harus mencari sumber belajar yang baru. Hal-hal yang belum kau dapat dari hal-hal yang kau akan berpisah dengannya. Atau bisa jadi, artinya kehadiranmu sudah cukup menjadi pelajaran bagi hal-hal yang kau tinggalkan.

Perpisahan bukanlah hal yang harus kita kesali dan sesali, walau kadang memang akan ada kesal dan sesal di dalamnya. Bagaimana pun, kenangan tetaplah kenangan. Kita tidak pernah benar-benar berpisah dengan seseorang ataupun sesuatu. Kenangan akan menjadi suatu hal yang tertinggal di diri kita. Maka pada perpisahan, ucapkan SELAMAT tinggal! Dan pada hal baru yang menanti, ucapkan SELAMAT datang! Sebab hidup terlalu sayang untuk dilewatkan dalam isak perpisahan. Ia adalah tentang menjadi manfaat, yang batasnya ada pada himpunan semesta.


Grad Student Dormitory, R1116
Sehabis menerima berita perpisahan

Selasa, 24 Februari 2015

... Ntahlah, ini rasa apa (?)

Kebanyakan (mungkin) orang-orang menulis karena mereka ingin orang lain tahu (atau kalo perlu setuju) dengan apa yang mereka pikirkan, rasakan. Tapi aku, aku lebih memilih menulis justru supaya orang lain jangan sampai tahu apa yang (sedang) aku pikirkan, rasakan. Lebih baik aku tulis daripada aku harus cerita ke orang-orang. Tapi aneh juga, sebab tulisan ini aku muat di blog, ya pasti akan sangat gampang diketahui orang begitu aku klik "publikasikan". Harusnya kan aku nulis di buku diary ya, (kayak ABG jaman dulu; -yang jaman sekarang masih nulis diary jangan protes- *peace) bukan malah "nulis" di blog. Aneh, indeed. Tapi biarlah, blog juga blog aku, tulisan juga tulisan aku, yang aneh juga aku, kenapa situ repot? :p (padahal yang repot juga siapa, ge-er!).

Somehow, pagi ini (now it's 1:32 am here) judulnya aku tak enak hati, atau mungkin bingung lebih tepatnya. Ntahlah, ga ngerti juga. Kayaknya mungkin aku ngerasa ga siap menghadapi hari-hari besok, hiks. Padahal kemarin-kemarin kayaknya udah semangaaaaaat banget, kok sekarang malah takut yak? Entah mungkin juga cuma kebawa perasaan aja karena lagi datang tamu bulanan (bisa jadi!).

Syudahlaah, besok yang belum keliatan wujudnya jangan dicicil khawatirnya dari sekarang. Mudah-mudahan besok baik-baik saja.


P.S. Tulisan ini mengandung unsur tidak penting tapi bukan fiktif. Segala kesamaan nama, tempat, kejadian tidak direkayasa. Sekian. Terima kasih.

Jumat, 23 Januari 2015

Diseru Untuk Menyeru (!)

Muslim sejati adalah 'kitab terbuka' yang semua orang membacanya 
Kemana saja ia pergi, ia adalah 'dakwah yang bergerak'
- Hassan Al Banna -

Seorang Paman, muallaf yang dahulu berhijrah saat akan menikahi seorang wanita muslim, memberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya tercekat; ketika waktu itu kami dalam senda mengatakan padanya kapan dia akan belajar shalat.

Why should we pray?

Ya, katanya itu adalah salah satu pertanyaan terbesar dalam dirinya. Dan sungguh, menjawab pertanyaan dari seseorang yang puluhan tahun menginput pusat memori nya dengan pernyataan bahwa tak ada Illah di dunia ini, adalah hal yang sangat menguras energi. Mungkin ini adalah pertanyaan yang sama dengan pertanyaan seorang murid PAUD ketika gurunya menyuruh untuk shalat, tapi kedua pertanyaan ini punya seni jawab yang berbeda.

Aku diam. Aku ingat saat itu, pertanyaan ini dijawab dengan sangat tepat dan masuk akal oleh seorang Kakak. Lalu kulihat raut wajah Paman itu, keningnya berkerut. Kurasa jawaban cemerlang itu belum mampu memuaskan pertanyaannya. Tapi aku masih diam saja. Bukan sebab aku tak tahu jawabnya. Hanya saja aku belum menemukan gaya jawab yang bisa membuat celah di hatinya.

Lagi-lagi aku belajar, hujjah kuat tak dapat serta merta meluluhkan hati, pun menggiring akal atau merampungkan pemahaman. Pada kisah Ibrahim a.s. kita berkaca, setelah menang telak dalam hujjah yang terkisah di Qur'an surah Al Baqarah:258, " ... Tuhanku menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat", tak juga mampu meluluhkan kesombongan kaumnya. Dan kuingat lagi kata-kata seorang guru, "Sebab menyeru bukan tentang memenangkan hujjah, tapi tentang memenangkan hati". Ah, aku jadi menyesal tak membawa buku karya Abbas As Sisii itu bersamaku.

Aku masih tetap mencari cara terbaik menjawab pertanyaan itu. Juga terus melangitkan doa agar Allah titipkan cahaya hidayah padanya. Ya, hidayah adalah mutlak hak prerogatif Allah, tapi setidaknya, usaha ini akan tercatat kelak di kitab catatan kita, bahwa kita pernah menyeru manusia kepada Allah, mengerjakan yang ma'ruf, mencegah yang mungkar. Bukankah setiap kita diseru untuk menyeru? Semoga bisa menjadi amal pemberat timbangan, saat mungkin amalan lainnya hangus oleh api riya' dan sum'ah. Naudzubillah.