Kenapa saya yang disalahkan jika Tuhan sudah tahu apa yang kan saya lakukan?
Ini adalah pertanyaan yang mungkin sering kita jumpai, atau bahkan diri sendiri juga pernah bertanya-tanya tentang ini. Soalnya aku pernah. Aku pernah berpikir, jika Allah sudah tetapkan urusan kita, akhir hidup kita dan kelanjutannya, berarti kita tak perlu susah-susah usaha, tinggal tunggu saja kemana takdir membawa kita. Atau seorang teman yang bahkan pernah mengutarakan pikirannya yang lebih kejam lagi,
"Allah tuh kayak jadiin kita kambing hitam deh, kan nulis takdir kita Allah, nah berarti kalau kita bikin maksiat, itu juga karena Allah yang nulis, kan?"
Wew! Waktu itu aku langsung istighfar deh, dalam hati,"ini orang serem banget!". Tapi kalau dipikir-pikir, pasti kita juga pernah terlintas pernyataan semacam itu. Mempertanyakan tentang takdir.
Nah kebetulan beberapa waktu lalu, aku dapat ilmu tentang ini. Diambil dari tayangan "The Deen Show" oleh Ust. Nouman Ali Khan.
""Ada sebuah analogi sederhana
untuk memahami hal ini. Guruku menjelaskan hal ini kepadaku karena dulu aku
punya pertanyaan yang sama.
Bayangkan aku akan mengadakan
pesta. Aku membuat dua daftar tamu, siapa saja yang akan aku undang. DAFTAR A
dan DAFTAR B.
DAFTAR A adalah daftar rahasia
orang-orang yang akan aku undang, tak ada yang tahu siapa yang ada dalam daftar
ini, hanya aku yang tahu. DAFTAR B terbuka untuk umum. Siapa saja bisa masuk
dalam DAFTAR B asalkan mereka bisa menjalankan syarat-syarat yang kuberikan.
Kau, misalnya, ingin datang ke
pestaku. Kau punya dua pilihan. “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin
aku harus berusaha masuk ke dalam DAFTAR B. Jika kau berkata, “Yaaa, aku
mungkin sudah ada dalam DAFTAR A, tak perlu repot-repot, bersusah payah masuk
ke DAFTAR B dengan segala persyaratannya,” kau tahu itu membuktikan apa? Itu
membuktikan bahwa kau tak terlalu ingin datang ke pestaku.
Tapi jika kau berkata “Mungkin
aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin tidak, tapi aku ingin sekali datang ke
pesta ini. Apa yang harus kulakukan? Aku akan berusaha sekuat tenaga
mengerjakan sebaik-baiknya syarat-syarat yang diberikan untuk masuk dalam
DAFTAR B.”
Seperti itulah sebenarnya takdir
bekerja. Allah memutuskan siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk
neraka, ada sebuah DAFTAR RAHASIA. Tapi, ada juga sebuah DAFTAR TERBUKA.
Lakukan ini, ini dan ini, kau akan masuk DAFTAR TERBUKA. Luar biasanya, setelah
kau masuk dalam DAFTAR B, setelah semua jerih payahmu, kau menyadari bahwa
namamu juga ada dalam DAFTAR A.
Semua orang yang terpilih dalam
DAFTAR B, namanya sudah ada dalam DAFTAR A, dan semua orang yang tidak bersusah
payah untuk masuk dalam DAFTAR B, namanya juga tak ada dalam DAFTAR A.
Artinya, Allah secara misterius
memandu sebagian orang, tapi orang-orang itu adalah mereka yang memang sudah
bersusah payah sejak awal untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan
larangan-Nya. Allah secara misterius memutuskan sebagian orang tak layak
mendapat petunjuk, tapi tahu tidak, mereka memang orang-orang yang sejak awal
tak berbuat apapun untuk mendapat petunjuk Allah.
Kedua hal tersebut, dalam
filosofi disebut “KEHENDAK TUHAN” dan “USAHA MANUSIA.” Di dalam Islam, keduanya
berpadu. Dan ada satu kalimat dalam Al Quran, yang menjelaskan perpaduan ini,
di surat Al Fatihah, ayat “IYYAKA NASTA”IN.” (Hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan) Kata “nasta’in” dalam bahasa Arab sangat penting. Ada beragam cara
kita meminta pertolongan. Akan kuberikan analogi dari kalimat ini.
"Ban mobilku kempes, tapi
aku duduk-duduk saja di dalam mobil, mendengarkan radio. Lalu kau lewat dan aku
berkata, "Sob, bisa tolong gantikan ban mobilku? Akan kubukakan
bagasinya." Lalu aku duduk-duduk saja di mobil selagi kau mengganti ban
mobilku. Itu meminta bantuan, tapi itu cara yang cukup konyol dalam meminta
bantuan.
Sekarang bayangkan banku kempes,
aku lalu keluar dari mobil, kukeluarkan dongkrak, kucoba dongkrak sendiri, tapi
aku tak cukup kuat, lalu kau lewat dan aku berkata, “Hei, Danny, sepertinya
badanmu cukup besar, bisakah kau membantuku?” Aku berusaha lebih dulu, lalu aku
meminta bantuanmu. Itulah yang disebut “nasta’in.” Aku sudah berusaha sekuat
tenaga, setelah itu aku meminta bantuanmu.
Apa yang kita pelajari dari itu?
Satu-satunya saat kita berhak meminta pertolongan Allah adalah setelah kita
melakukan apa lebih dulu? Berusaha lebih dulu. Jika kita tak berusaha, kita tak
berhak memohon pertolongan Allah. Itu yang selalu Allah lakukan.
Para sahabat bertempur dalam
Perang Badr. Para malaikat tiba sesudahnya. Para malaikat tak ada di sana
sebelum peperangan terjadi. Para sahabat tak bilang kepada para malaikat, “Bro,
kami sudah bertempur sejak jam 3, dari mana saja kalian?” Tidak, tidak, tidak.
Kau harus berusaha lebih dulu, lalu pertolongan datang.
Apa yang terjadi pada Ibrahim Alaihissalam? Dia dilemparkan ke dalam api
lebih dulu, lalu apinya menjadi dingin. Usaha manusia lebih dulu, pertolongan
Allah setelahnya. Tapi kedua hal itu adalah satu-kesatuan dan itu pada dasarnya
penjelasan sederhana dari “Takdir.” Setelah kau berusaha sekuat tenaga, Alllah
berkehendak memberimu petunjuk.""