Senin, 07 Mei 2012

TOLONG HUKUM SAYA

Cerita hari ini.
Seperti minggu-minggu sebelumnya, hari senin adalah jadwal ku dan keempat teman lainnya untuk melaksanakan pengajian. Dalam pengajian ini, kami memiliki seorang murabbiyah, atau istilah kerennya "guru ngaji". Kita sebut saja namanya Kak C.Seperti pesan amirah (ketua), pengajian kami mulai pukul 14.00 di mushala kampus. Karena kebetulan kakak murabbiyah kami itu sedang ada keperluan hari ini, maka beliau meminta kami memulai pengajian seperti biasa sebelum beliau datang.

Tilawah dan tadabbur Al Quran sudah selesai. Amirah kami tercinta menanyakan kabar Kak C, kapan beliau datang. Kak C menjawab bahwa ternyata keperluan beliau belum juga rampung dan beliau meminta maaf karena tidak menyangka urusannya akan memakan waktu lama. Kemudian Kak C berpesan agar kami mulai saja materinya "tanpa" beliau. Setelah membaca pesan itu, kami pun mengira bahwa Kak C akan datang lebih lambat hari ini.

Waktu pun terus berjalan. Akhirnya seluruh "acara" inti sudah kelar, namun Kak C belum juga muncul. Kami memutuskan untuk rehat sambil menunggu Kak C datang. Waktu ashar sudah lewat sejam lebih, tapi Kak C belum juga nongol. Akhirnya kami pun pasrah menunggu.

17.30
Hari beranjak sore, tapi Kak C belum juga nampak. Akhirnya kami putuskan untuk menanyakan kabar beliau sekali lagi. Sms pun dibalas. Ternyata Kak C sudah dirumah dan mengira bahwa kami juga sudah pada bubar. Astaghfirullah, ternyata maksud kata-kata "tanpa" beliau adalah bahwa beliau tidak bisa hadir hari ini. Dasar salah kami, tidak teliti mencerna kata-kata, sehingga terjadi salah paham.

Mendengar bahwa kami ternyata masih menunggu, Kak C kaget luar biasa. Beliau pun minta maaf dengan sangat, merasa sangat malu, merasa sangat tidak amanah dan merasa sangat bersalah pada kami. Kami juga sebenarnya tidak enak karena sudah membuat beliau merasa demikian. Haduuh, maafkan keleletan kami ya kak,,,

Tapi ada satu yang buat aku tercengang, sehingga perlu menuliskan ini. Kak C bukan hanya meminta maaf. Tapi juga minta dihukum oleh kami. Benar saudara-saudara, MINTA DIHUKUM. Sebuah kejadian langka yang susah dijumpai di jaman ini. Beliau sungguh-sungguh minta diberi hukuman, sampai-sampai beliau mengatakannya berulang kali. "Tolong hukum saya, saya sudah tidak amanah hari ini. Tolong hukum saya, agar hati ini tenang", begitu kata beliau.

Luar biasa. Di jaman ini masih ada "guru" yang mengaku salah, minta dihukum pula oleh murid-muridnya. Ini nyata kawan, bukan sekedar teori dalam buku. Betapa miris jika dibandingkan dengan para pemimpin dan petinggi negeri ini. Yang sudah salah bukannya mengaku dan minta maaf, malah mengelak dan bohong sana-sini. Boro-boro minta dihukum, selagi masih ada cukup kocek untuk mengurus, kalau bisa jangan sampai dihukum. Parah.

Mari sama-sama kita belajar menjadi orang yang amanah. Jika salah, segera istighfar dan minta maaf, minta dihukum jika perlu. Itu baru baik. Dan mencontohkan kebaikan. Sehingga orang disekitar juga tergiur untuk "ikut-ikutan" melakukan dan menyebarkan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar