Selasa, 15 Mei 2012

Karena ini adalah DUNIA.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan berjumpa dengan mereka yang menyambutmu, tapi juga mereka yang menolakmu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan memiliki teman dan sahabat, tapi juga musuh-musuh yang kau sadari atau yang tidak.

Karena inia adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan bertemu mereka yang memaafkan kealpaanmu, tapi juga mereka yang mendendam atas kesalahanmu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan bertemu dengan mereka yang tulus tersenyum di hadapanmu, tapi juga mereka yang mengumpat di belakangmu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan berinteraksi dengan mereka yang mengakui potensimu, tapi juga mereka yang tidak mengakuimu hanya karena mereka tidak punya potensi itu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan duduk dengan mereka yang tertarik pada candaanmu, tapi juga mereka yang bahkan tidak ingin mendengar suaramu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan berjumpa dengan mereka yang akan mengajari dan menuntunmu, tapi juga mereka yang menjerumuskanmu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan mendengar pujian, tapi juga cacian.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau tidak hanya akan melihat musim semi, tapi juga musim gugur. Tidak hanya musim kemarau, tapi juga musim hujan.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau akan melihat segala ekspresi dalam tanggapan atas pribadimu.

Karena ini adalah dunia,
Maka kau akan berhadapan dengan segala macam peristiwa, bertemu segala macam jenis pribadi, mendengar segala macam tanggapan dan mendapat segala macam perspektif nilai.

Karena ini adalah dunia.
Ada saat kau merasakan hidup, ada saatnya kau akan berhadapan dengan mati.

Karena ini adalah dunia,
Jangan harap kau akan selalu mendapat senyuman. Jangan harap kau akan selalu menjalani hal-hal menyenangkan. Jangan harap kau akan selalu mendapat apa yang menjadi inginmu.

Karena ini adalah dunia,
Jangan larut dalam tawa saat dihadiahkan kebahagiaan, jangan pula tenggelam dalam tangis saat diberi musibah.

Karena ini adalah dunia,
Maka lanjutkan saja hidupmu, tegakkan kepalamu dihadapan manusia, tundukkan kepala dihadapan Tuhanmu.

Karena ini adalah dunia,
Maka hadapi saja apapun yang datang. Jalani sisa usia dengan cara yang disukai Nya. Bersabar atas segala yang menghadang, sembari melatih diri menjadi pribadi yang diridhai.

Karena ini adalah dunia.

Sabtu, 12 Mei 2012

Ku Titip Pesan di Kolong Rindu

Ku titip pesan di kolong rindu,
Untuk mu.

Mungkin sudah sepuluh, seratus, seribu, atau bahkan bertumpuk-tumpuk pesan
Ku titip di kolong rindu.

Pesan itu adalah peluh,
Peluh dalam waktu aku mengikat nafsu.
Pesan itu adalah sabar,
Sabar dalam letihnya hati menerka siapa dirimu.
Pesan itu juga adalah senyum,
Senyum dalam masa menanti hadirmu.
Pesan itu adalah pesan rindu,
Rindu bertumpuk-tumpuk yang sedang ku simpan untuk mu.


Ku titip pesan di kolong rindu.
Untuk mu,
Seseorang yang entah siapa, di suatu tempat yang entah di mana.
Seseorang yang telah dicatat untuk ku.


Untuk mu,
Ku titip pesan di kolong rindu.


Medan, Mei 2012

Kamis, 10 Mei 2012

Ini NGELAB namanya.

Bagi kita-kita mahasiswa jurusan eksak, pasti udah nggak asing dengan yang namanya praktikum, atau istilah kerennya "ngelab". Kerjaan yang satu ini beratnya luar biasa, nggak tau bilang lah. Segala perumpamaan, ibarat, maupun peribahasa tak dapat melukiskan betapa ribetnya perjuangan melalui hari-hari berat praktikum ini. #halah!

Bayangkan, udah 35 bulan jadi mahasiswa, masiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih aja mesti ngelab. Mending juga kalo laboratoriumnya bagus, alat-alatnya lengkap, trus bisa bikin kita termotivasi untuk melakukan penelitian-penelitian yang bakalan bikin dunia akademik ini bertambah kinclong, #eaaaa. 
Ini, udah laboratoriumnya sempit, tampilannya kusam, alat-alatnya pada rusak pula. Belum lagi semua aturan-aturannya yang bikin ribet bin susah, plus asisten-asisten laboratorium yang bikin hati cenat-cenut. Bukan karena demen saudara-saudara, tapi karena takut. Serem. Pokoknya, aura pada berubah deh kalo udah mulai ngelab.

Pedihnya di mana sih? Di mana-mana kawan, pedihnya di mana-mana. Biar tahu aja, praktikum ini cuma 1 sks lho, catat tuh, cuma 1 sks. Tapi seolah-olah kayak menanggung beban 5 sks. Bayangkan aja, sekali ngelab mesti bikin laporan praktikum yang seabrek-abrek, belum lagi pas hari H praktikum, nggak afdhal deh kalo nggak menyibuk luar biasa, lari turun naik tangga (kalo laboratoriumnya ada di lantai 2 atau lantai 3), nelpon atawa sms patner sekelompok nanyain laporan, nanya soal responsi kesana kemari, belum lagi kalo ada bahan yang ketinggalan, mesti kejar-kejaran balik ke kost, lompat-lompat di lapangan, manjat-manjat pohon, sampe ada yang guling-guling di tanah. (#wew! ini mau ngelab atau sedang kesurupan ya? :D)

Pokoknya kalo udah mulai ngelab, perang saudara bisa dengan gampang terpicu lah. Gimana nggak gitu, kita lagi ribet, eh temen malah tambah ngeribetin, pinjem ini itu lah, nitip ini itu lah, siapa yang nggak panas coba? Wuih, parah deh efek dari ngelab ini. 

Lain lagi kalo sudah bicara nilai. Yang ini lebih krusial lagi. Jangan kaget kalo ternyata nilai kita di bawah teman yang lain cuma gara-gara sang asisten dekat dengan si teman itu. Sudah biasa itu. Lain lagi kalo kita bisa ngejawab semua pertanyaan, eh malah dikatain sok pinter. Ada gitu? Ada banget lah, kesini aja kalo nggak percaya. Hahaha.

Ampun nggak tuh? Ampun banget kan? Tapi begitulah keadaannya, kawan. Ah, nggak segitunya juga kok, berlebihan deh. Ada yang nggak setuju? Silahkan saudara-saudara, tapi setidaknya keadaan di "tempat" kami ya seperti ini. (Maaf, dilarang sebut merk instansi :D)

Ya, begitulah kenyataannya. Parah. Miris. Luar biasa. Esensi praktikum yang seharusnya adalah pendalaman pemahaman tentang teori yang diajarkan di kelas serta menambah pengalaman praktik, seketika berubah menjadi aktivitas jurnalistik yang tak tentu pasal. Lho, kok? Jelas lah. Kita tidak dituntut untuk paham tentang percobaan, hanya dituntut untuk menyelesaikan laporan selengkap-lengkapnya. Ya, cuma itu saja tuntutannya. Membuat jurnal sebagus-bagusnya. Jadi tentu aja nggak berlebihan kalo dibilang praktikum ini hanya aktivitas jurnalistik semata. Tidak lebih. Kurang iya. Hahaha.

Dan akhirnya, inilah kita. Calon-calon sarjana eksak yang pola pikirnya sama sekali nggak eksak. Kita yang seharusnya menghasilkan ide-ide penelitian-penelitian yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, malah lebih berkonsentrasi mengerjakan laporan-laporan yang kalo udah selesai bahkan nggak lagi dibaca karena percobaannya juga udah nggak update. Menurutku, sumber penyimpangan ini cuma satu, tidak adanya alat-alat terbaru yang bisa menggugah selera kita-kita untuk praktikum dan meneliti. Kalo sudah gini, mesti minta tanggung jawab siapa ya? Bingung juga. Komplain ke asisten, mereka juga nggak punya kuasa memperbarui laboratorium dan membeli alat-alat baru. Ke Dekan? Sudah. Tapi masih gini-gini aja. Ke Rektor? Sudah. Nggak ada perubahan. Parah. Miris. Luar biasa.

Senin, 07 Mei 2012

TOLONG HUKUM SAYA

Cerita hari ini.
Seperti minggu-minggu sebelumnya, hari senin adalah jadwal ku dan keempat teman lainnya untuk melaksanakan pengajian. Dalam pengajian ini, kami memiliki seorang murabbiyah, atau istilah kerennya "guru ngaji". Kita sebut saja namanya Kak C.Seperti pesan amirah (ketua), pengajian kami mulai pukul 14.00 di mushala kampus. Karena kebetulan kakak murabbiyah kami itu sedang ada keperluan hari ini, maka beliau meminta kami memulai pengajian seperti biasa sebelum beliau datang.

Tilawah dan tadabbur Al Quran sudah selesai. Amirah kami tercinta menanyakan kabar Kak C, kapan beliau datang. Kak C menjawab bahwa ternyata keperluan beliau belum juga rampung dan beliau meminta maaf karena tidak menyangka urusannya akan memakan waktu lama. Kemudian Kak C berpesan agar kami mulai saja materinya "tanpa" beliau. Setelah membaca pesan itu, kami pun mengira bahwa Kak C akan datang lebih lambat hari ini.

Waktu pun terus berjalan. Akhirnya seluruh "acara" inti sudah kelar, namun Kak C belum juga muncul. Kami memutuskan untuk rehat sambil menunggu Kak C datang. Waktu ashar sudah lewat sejam lebih, tapi Kak C belum juga nongol. Akhirnya kami pun pasrah menunggu.

17.30
Hari beranjak sore, tapi Kak C belum juga nampak. Akhirnya kami putuskan untuk menanyakan kabar beliau sekali lagi. Sms pun dibalas. Ternyata Kak C sudah dirumah dan mengira bahwa kami juga sudah pada bubar. Astaghfirullah, ternyata maksud kata-kata "tanpa" beliau adalah bahwa beliau tidak bisa hadir hari ini. Dasar salah kami, tidak teliti mencerna kata-kata, sehingga terjadi salah paham.

Mendengar bahwa kami ternyata masih menunggu, Kak C kaget luar biasa. Beliau pun minta maaf dengan sangat, merasa sangat malu, merasa sangat tidak amanah dan merasa sangat bersalah pada kami. Kami juga sebenarnya tidak enak karena sudah membuat beliau merasa demikian. Haduuh, maafkan keleletan kami ya kak,,,

Tapi ada satu yang buat aku tercengang, sehingga perlu menuliskan ini. Kak C bukan hanya meminta maaf. Tapi juga minta dihukum oleh kami. Benar saudara-saudara, MINTA DIHUKUM. Sebuah kejadian langka yang susah dijumpai di jaman ini. Beliau sungguh-sungguh minta diberi hukuman, sampai-sampai beliau mengatakannya berulang kali. "Tolong hukum saya, saya sudah tidak amanah hari ini. Tolong hukum saya, agar hati ini tenang", begitu kata beliau.

Luar biasa. Di jaman ini masih ada "guru" yang mengaku salah, minta dihukum pula oleh murid-muridnya. Ini nyata kawan, bukan sekedar teori dalam buku. Betapa miris jika dibandingkan dengan para pemimpin dan petinggi negeri ini. Yang sudah salah bukannya mengaku dan minta maaf, malah mengelak dan bohong sana-sini. Boro-boro minta dihukum, selagi masih ada cukup kocek untuk mengurus, kalau bisa jangan sampai dihukum. Parah.

Mari sama-sama kita belajar menjadi orang yang amanah. Jika salah, segera istighfar dan minta maaf, minta dihukum jika perlu. Itu baru baik. Dan mencontohkan kebaikan. Sehingga orang disekitar juga tergiur untuk "ikut-ikutan" melakukan dan menyebarkan kebaikan.

25 ALASAN AKU BERTERIMA KASIH PADA AYAH BUNDAKU


Ayah dan Bundaku,
  1. Terima kasih untuk membesarkan aku sampai sekarang.
  2. Terima kasih sudah mengajarkan aku mengenal dan menyembah Pencipta kita.
  3. Terima kasih untuk menyekolahkan aku sampai tingkat ini.
  4. Terima kasih karena kalian bangga kepadaku.
  5. Terima kasih sudah memberikankan aku makanan yang begitu enak dan rumah yang begitu nyaman.
  6. Terima kasih sudah mengantarkan aku ke dokter dan menungguiku di rumah sakit saat aku sakit.
  7. Terima kasih karena tidak pernah telat mengirim uang bulananku.
  8. Terima kasih sudah memberiku uang jajan yang cukup.
  9. Terima kasih sudah membelikan aku laptop.
  10. Terima kasih sudah membelikan aku Xperia.
  11. Terima kasih sudah membelikan aku sepeda lipat.
  12. Terima kasih sudah mendengar keluh kesahku.
  13. Terima kasih karena sudah memaafkan aku saat aku lupa mengerjakan perintah kalian.
  14. Terima kasih sudah mendengar dan mempertimbangkan pendapatku.
  15. Terima kasih untuk tambahan uang jajan di akhir bulan meski aku tidak minta.
  16. Terima kasih untuk selalu menanyakan kabarku.
  17. Terima kasih untuk mempercayaiku.
  18. Terima kasih untuk menangis karena penyakitku.
  19. Terima kasih sudah membelikan aku obat yang sangat mahal.
  20. Terima kasih karena selalu mengingatkan aku untuk makan teratur dan minum obat.
  21. Terima kasih sudah menegurku saat aku salah.
  22. Terima kasih untuk tidak memarahiku saat Indeks Prestasi ku turun.
  23. Terima kasih sudah mendukung niatku melanjutkan S2.
  24. Terima kasih karena kalian terus mencintaiku sampai sekarang.
  25. Terima kasih karena kalian masih punya berjuta-juta hal yang patut membuat aku berterima kasih.