Sabtu, 15 November 2014

Hedonic Treadmill; gaya hidup yang bikin capek!

When God blessings your finances,
Dont raise your standart of living,
Raise your standart of giving.
- Anonim -


Mungkin kita sering bertanya-tanya, mengapa kadang semakin tinggi pendapatan seseorang malah makin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiannya? Kajian-kajian dalam ilmu financial phsycology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama "Hedonic Treadmill".

Sederhananya, analogi Hedonic Treadmill adalah seperti : saat gajimu 5 juta per bulan, semuanya habis; saat gajimu naik menjadi 30 juta per bulan pun, eh semuanya juga habis. Kenapa bisa begitu? Karena ekspektasi dan gaya hidupmu pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilanmu. Dengan kata lain, nafsu untuk terus memiliki materi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan. Itulah kenapa disebut Hedonic Treadmill; seperti sedang berjalan di atas treadmill, kebahagian tidak meningkat sebab nafsu akan materi tak pernah terpuaskan. Hedonic Treadmill membuat ekspektasi akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagian stagnan meski pendapatan makin tinggi, sebab harapan akan penguasaan materi juga terus meningkat.

Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan Hedonic Treadmill?

Di sinilah relevan untuk mempraktekkan gaya hidup yang minimalis namun bersahaja (qana'ah); sebuah gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi.

Prinsip Hedonic Treadmill adalah more is better. Makin banyak materi yang dimiliki semakin bagus. Sementara gaya hidup minimalis bersahaja punya prinsip yang berkebalikan; less is more. Makin sedikit kemewahan materi yang dimiliki, makin indahlah dunia ini. Hidup akan lebih bermakna jika kita hidup secukupnya, when enough is enough.

Dalam Islam, kita kenal istilah zuhud; meletakkan materi duniawi pada tempatnya. Sedikit atau banyak materi yang dipunya tak mengganggu ketaatan kepada Allah. Artinya, tidak masalah jika pendapatan kita bertambah namun pastikan gaya hidup tetap sederhana, minimalis bersahaja, jangan sampai gaya hidup juga ikut berubah.

Sebab pada akhirnya, rezeki itu soal rasa. Betapa banyak yang hidupnya berlimpah harta tapi tak bisa menikmati harta yang dipunya. Sebab Allah cabut nikmat hartanya. Ada kisah tentang seorang pemilik saham terbesar sebuah maskapai penerbangan yang terhitung raksasa di dunia. Armada pesawat yang dijalankan perusahaannya lebih dari 100 jumlahnya. Tetapi dia menderita hyperphobia, yakni rasa takut terhadap ketinggian. Seumur hidupnya, yang bersangkutan tak pernah berani naik pesawat. Dan lagi-lagi, rezeki bukan soal apa yang dipunya, bukan apa yang dikuasai, bukan berapa banyak yang dihasilkan. Rezeki adalah soal rasa, rasa bahagia sederhana saat misalnya masih bisa menikmati secangkir kopi di pagi hari, setelah sebelumnya shalat subuh berjamaah yang dilanjut dengan tilawah dan sedekah.

Selamat menemukan kebahagian bersahaja atas rezeki yang Allah anugrahkan pada kita.

Antara Yakin dan Naif

Selalu ada beda antara YAKIN dan NAIF
Yakin adalah semangat hati; yang membersamai kebenaran
Sedang naif adalah hawa nafsu; yang dicarikan pembenaran
- Salim A. Fillah -


Saat semua orang bertanya, "Gimana, betah kah tinggal di sana?" Jawabku, "Betah, Alhamdulillah. Satu-satunya yang buat tak betah adalah aku harus berada di jurusan ini lagi." Tapi kalimat terakhir itu biasanya hanya aku lanjutkan dalam hati, sambil menghela napas, dalam-dalam.

Ya, aku kembali jadi mahasiswa, di jurusan yang sama, Fisika. Tempat yang sebenarnya tak aku sukai. Aku tak ingin menyalahkan siapapun. Sebab sejauh ini satu-satunya yang salah adalah aku. Setelah 4 tahun menjadi mahasiswa Fisika, aku bahkan tak mampu menyukainya sedikitpun. Bahkan menurut hematku, aku kehilangan banyak hal (terutama dalam hal kemampuan akademik) selama aku menjalani peran sebagai mahasiswa Fisika. Aku juga tak tahu apa sebabnya, tapi jujur saja, aku merasa kuliahku 4 tahun ini hanya menghasilkan ijazah. Tak lebih, banyak kurangnya.

"Kayaknya gue makin bego deh,"

Aku juga tak tahu pasti apa yang menyebabkan begitu "sia-sia" rasanya aku berada di Fisika. Sekali lagi aku tak mau menyalahkan siapapun. Ini salahku sebab setelah sekian lama aku masih juga tak mampu menghadirkan hati dan tetap tak mampu menyukainya sedikitpun. Kurasa hal inilah yang menyebabkan aku jadi tak mampu memahaminya (kecuali sedikit sekali), sebab aku tak suka, aku tak mau tau. Dan inilah yang jadi akar masalah sesampainya aku di sini, di sekolah baru, yang aku masuki sebagai mahasiswa Fisika (lagi).

Saat aku masuk di kelas pertamaku sebagai mahasiswa pascasarjana, aku benar-benar kaget. Sebab matakuliah wajibnya bukan bidangku (bidangku fisika material, sedangkan matakuliah wajib di sini adalah fisika teoritis). Ya, aku benar-benar buntu saat itu. Gimana bisa aku mengikuti pelajaran yang dasarnya saja aku kabur?

"Terus kenapa lu ngedaftar di jurusan Fisika?"

Lagi-lagi ini semua kesalahanku, kenapa tak dari awal aku berpikir untuk putar haluan mencari jurusan yang pas untukku. Ya, tadinya aku hanya berpikir untuk meneruskan study field yang sama agar linear, jadi lebih gampang untuk mencari kerjaan kelak.

Dan sekarang, aku sedang dalam posisi dilema. Aku ingin pindah dari jurusan ini, tapi apa aku yakin mampu bertahan di jurusan lain? Apa aku ingin pindah karena benar-benar ingin menemukan yang aku inginkan, atau hanya ingin lari dari hal yang tak mampu aku lakukan? Entahlah, aku juga bingung. Kadang aku juga berpikir, apa aku tak bersyukur dengan berbuat begini? Atau aku tak cukup ikhlas menerima takdir? Banyak teman yang menasehatiku untuk bertahan, mereka bilang, "Allah meletakkanmu di situ karena Dia tau kau mampu, Win!" Dan lantas aku sambut dalam hati, "Ya, aku tau, karena Allah tau aku mampu meng-handle situasi ini, tapi itu tidak berarti mutlak aku harus tetap di sini." Aku pernah membaca kisah Amirul Mukminin, Umar Ibn Al Khattab, yang dituduh mengingkari takdir Allah saat ia tak jadi pergi ke suatu tempat sebab tempat itu sedang terjangkiti penyakit menular. Dan kalian tau apa jawabnya atas tuduhan itu? Kata Umar, "Aku memang pergi dari takdir Allah, tapi untuk menuju takdir-Nya yang lain".

Mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal yang tak perlu dilakukan, bertahan lebih baik, kata mereka. Tapi bagiku, aku ingin menikmati hidupku dengan melakukan apa yang aku ingin, dengan pilihan yang aku sukai. Aku masih terus istikharah untuk minta petunjuk Allah atas perihal ini, lalu kemudian putuskan yang terbaik. Semoga nanti aku punya keputusan yang benar-benar yakin, bukan sekedar keputusan yang naif, insyaa Allah.

Jumat, 14 November 2014

Sepotong Ukhuwah di Negeri Formosa

Jumu'ah mubarak.

Hari ini aku (lagi-lagi) tertegun menyadari kebaikan Allah padaku. Ah, tak salah jika dulu sebelum aku melangkahkan kaki ke negeri ini, aku meyakinkan diri dan keluargaku dengan kalimat, "Di bumi Allah manapun kita berada, nikmat Allah tetap melimpah, takkan mungkin Allah biarkan kita sendirian". Kalimat retorika, ya? Tapi benar-benar menguatkan saat itu, dan kini aku benar-benar merasakannya di sini.

Di negeri ini Allah pertemukan aku dengan orang-orang baru (dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang baik). Kali ini aku mau cerita tentang Kak Puan, seorang kakak asal Aceh yang amat sangat baik kepadaku. Aku sengaja mencari kontaknya dan kami berkenalan lewat jejaring soal sebelum aku berangkat ke sini. Jarak kampus kami yang nggak begitu jauh bikin kami sering bertemu. Seminggu sekali mungkin, saat weekend beliau sering mengajakku makan bareng di Toko Indo nya mba Wiwi, satu-satunya toko Indo di kota kami yang produk dagingnya insyaaAllah dijamin halal. Beliau juga sering nawarin nginap di asrama nya kalo aku lagi suntuk dan males pulang ke asrama. Walaupun itu artinya beliau harus rela tidur sempit-sempitan, haha :D untungnya kami berdua slim! Ya, mungkin aku baru mengenalnya 3 bulan terakhir ini, tapi bagiku beliau udah seperti kakak ku sendiri.

Ini foto kita pas Idul Adha kemarin :D

Aku bersyukur Allah pertemukan aku dengannya. Di masa-masa awal adaptasiku di sini, aku belajar banyak darinya. Aku ingat pertama kali kami ketemu, beliau menyuruhku menginap di asrama nya, memboncengku dengan sepedanya dan juga memberiku jaket dan sweater untuk musim dingin nanti. Rasanya mudah sekali aku dekat dengannya, selain berasal dari daerah yang sama, kami juga memiliki sifat yang sama, suka bercanda. Dan karena dibawa Kak Puan jugalah (dan tentu dengan izin Allah) maka aku bisa sampai dan melihat tempat-tempat lain selain dari kampusku yang terletak agak di desa ini :D

Ya, Kak Puan adalah kakak ku di sini. Anyway, waktu tulisan ini dibuat, Kak Puan sedang berada di Taipei untuk presentasi di Konferensi International. Dan pagi tadi, saat akan berangkat ke stasiun, lagi-lagi beliau harus membonceng aku dengan sepeda sebab semalam aku menginap di tempatnya :D 
Moga Allah langgengkan ukhuwah kita ya, Kak! Aku menyayangimu karena Allah. ^_^



Graduate Dormitory; R1116
ChungCheng University.

Kamis, 23 Oktober 2014

Selamat Datang di Negeri Orang; Selamat Datang di Taiwan!



Hari ini tepat 45 hari aku berada di negeri Formosa, dengan status sebagai mahasiswi. Sebenarnya ini edisi catatan yang telat, baru sempat nulis lagi setelah sekian lama, padahal udah banyak banget yang pengen ditulisin di sini. Tapi apa daya, kesempatan sempit.



Well, aku pertama kali menginjakkan kaki di sini tanggal 8 September lalu, mendarat dengan lancar di Taoyuan Int'l Airport. Besoknya kita (aku dan seorang teman asal Medan) dijemput oleh utusan dari kampus untuk kemudian berangkat bareng mahasiswa baru lainnya menuju kampus. Lumayan jauh dari Taipei, sekitar 4 jam perjalanan dengan bus.

Sekolah kami terletak di Chiayi County, daerah selatan Taiwan. National Chung Cheng University namanya. Katanya sih termasuk kampus dengan view paling menawan se-Taiwan. Dan memang bener, kampusnya bagus banget. Dengan lanskap bukit hijau yang bikin mata adem, juga arsitektur bangunan yang klasik, bener-bener pemandangan yang (harusnya) bikin betah.




Some sights in National Chung Cheng University

Hari-hari pertama di sini, rada-rada ga betah, bawaan pengen pulang. Yaa normal sih ya, namanya baru sampe ke suatu tempat pasti butuh adaptasi. Salah satu yang paling susah adalah soal makan. This is Taiwan, guys! Amat sangat susah cari makanan halal (apalagi di kampus yang letaknya "agak di desa" kayak gini). No choice, demi kelangsungan hidup, aku bertransformasi jadi vegetarian di sini, padahal kalo di rumah paling males nyentuh sayur. Tapi apa daya, sekali lagi ini demi kelangsungan hidup, daripada gue ga makan. Dan makanan di sini beda jauh soal rasa dengan selera orang Indonesia. Mereka paling anti pedas dan asin. Terus juga untuk minuman mereka anti yang terlalu manis. Ngga sehat katanya. Ya ampuuuun, beda banget sama di Indonesia kan, jadilah pas pertama kali makan di sini, aku langsung membatin,"ya ampun, ini makanan kok kagak ada rasanya ya?" haha

Itu masih soal makan, belum lagi soal pakaian. Pertama kali aku keluar, orang-orang pada ngeliatin aneh. Maklum, ini kali pertama kampus ini punya mahasiswi international yang berjilbab (lebar pula :D). Dan jadilah aku "tontonan" aneh orang-orang satu kampus. Sebenarnya sih aku santai aja, kalo ada yang lihat dengan tatapan aneh, aku langsung pasang wajah paling ramah sambil senyum dan bilang "halo", haha,, But as time goes by, lama-lama sepertinya mereka udah terbiasa dengan kehadiranku di sini. Buktinya sekarang ga ada lagi -atau at least tinggal sedikit- yang masih ngelihatin dengan tatapan aneh pas aku lewat. Dan syukurnya, orang-orang di sini ga pada rese, i mean, mereka ga bakalan usil sama apapun yang dipakai sama siapapun. Jadi ga ada tuh yang namanya diskriminasi gara-gara kita muslim dan pake jilbab. Paling banter mereka nanya, kenapa kamu pakai tutup kepala? Yauda tinggal dijelasin deh, Alhamdulillah sekalian dakwah :)

Dan satu lagi masalahnya, bahasa. Ternyata mahasiswa di sini jarang yang bisa -atau sebenarnya bisa tapi malu- untuk ngomong Inggris. Dan aku, dengan kemampuan Mandarin yang nol besar, harus ekstra sabar menghadapi orang-orang di kelas yang kayaknya pada ga mau diajak ngomong karena aku cuma bisa ngomong Inggris. Huft! Jadilah aku merasa sunyi, sepi, tak berkawan di sini T_T hiks! Tapi lagi-lagi, as time goes by, akhirnya aku punya teman orang Taiwan. Yeay! Ga sia-sia punya wajah imut, haha, Alhamdulillah ya Allah,, :D

Well, berhubung aku mau ngerjain pe-er kelas bahasa Mandarin, tulisannya sampai di sini dulu yaa,, next time aku lanjutin lagi cerita hidupku di negeri orang ini.


Ini pe-er bahasa Mandarin nya, writing comprehension :D


NB : Foto-foto kampus di atas semua aku ambil dari flickr.com, belum ada koleksi pribadi, soalnya belum punya kamera bagus, kamera hape gue resolusinya pas-pasan. Harap maklum, hihi :D


Bandung; Here we go!

Postingan kali ini aku mau share sedikit pengalaman pas kemarin sempat jalan-jalan ke Bandung. Sebenarnya sih tujuannya bukan jalan-jalan, tapi nemenin sodari kembar yang mau ujian pasca di UPI, mumpung udah sampe Bandung, yaa sekalian deh :D
Kami berangkat dari Bandara Internasional Kuala Namu, Medan. Ini bandara baru loh, bagus sih, lumayan luas juga, jauh lebih bagusan dari yang dulu di Polonia. Sengaja ambil penerbangan pagi, biar pas sampe Bandung ga kesorean. Well, sampai di Bandara Husein Sastranegara, ternyata bandara nya kecil (hihihi,, maap) terus juga baggage claim nya cuma satu pintu, bayangin gimana desak-desakan nya pas ngantri di situ. Aku yang imut ini terpaksa terhimpit-himpit demi si koper, hiks! Sarannya sih, kalo bawaannya ga banyak-banyak amat, bawa ke kabin aja, biar cepat dan ga repot.

Di Bandung kami nginep di cottage dekat kampus UPI. Supaya urusan ke kampus nya deket, hemat biaya :D. Ada beberapa penginapan dekat kampus UPI, tapi kami memilih nginep di daarul jannah cottage, tempatnya asri, nyaman, dan islami banget deh pokoknya,, soalnya lokasinya di dalam komplek pesantren Daarut Tauhid nya Aa Gym.

Daarul Jannah Cottage


Setelah selesai urusan di kampus, kami langsung bikin daftar tempat yang mau dikunjungi. Sebenarnya sih udah umum banget ya tempatnya, tapi gapapa lah, biar pernah. :D

Pertama-tama kami pergi ke Tangkuban Perahu. Objek wisata yang satu ini terkenal banget loh. Lumayan jauh sih tempatnya, kira-kira 45 menitan naik mobil dari penginapan. Tiket masuknya 17rb per orang wisatawan domestik, dan tiket masuk mobil 10rb. Kami menuju kawah ratu. Pemandangannya bagus, yaa pemandangan khas gunung lah, udara nya juga adem. Ga rugi deh ke sini. Di sepanjang jalan sekitar kawah ratu itu banyak penjual souvenirs kayak baju, topi, syal dan semacamnya. Kalo mau naik kuda juga ada. Yaa,, walaupun sejujurnya aku lebih suka laut daripada gunung (maklum anak pantai :D) Tapi tetep ga nyesel deh ke sini. 

Penampakan kawah ratu dan gunung tangkuban perahu

Nah abis dari Tangkuban Perahu, kita langsung cuussss ke Floating Market Lembang. Nah floating market atau pasar terapung ini katanya sih mirip kayak floating market di Thailand gitu (gatau juga sih, kan belum pernah ke sono :D). Tiket masuknya 10rb per orang, dan tiket masuk mobil 5rb. Yang bikin seru, itu tiket masuk bisa dituker sama minuman, ada hot coffe, milo, hot tea, dan lain-lain. Pokoknya tempatnya asik, makanannya juga yummy, walaupun ada beberapa outlet yang rada mahal. Tapi overall tempat ini recommended untuk dikunjungi akhir pekan bareng keluarga. Yang masih jomblo bareng temen aja yah :D


Well yaah, segini dulu tulisannya, kapan-kapan ada waktu disambung, lagi sibuk soalnya :D

Senin, 09 Juni 2014

I'm coming back!

Whoaaaaaa,,, akhirnyaaaaaa...
Ini tulisan pertama setelah sudah lebih dari setahun blog ini ga aku berdayakan. Hiks! Jangankan diberdayakan, dilihat-lihat juga enggak, (kesian, blog ini pasti kesepian T_T). Dimulai dari sibuk-sibuk urusin skripsi awal tahun 2013 sampe wisuda di november nya, abis wisuda sibuk les inggeris dan now, here i am, masih betah nongkrong di rumah sambil banyakin pahala berbakti ke orangtua, hihihi...
Hari ini tiba-tiba aku teringat sama blog ini, udah sawangan ditinggal setahun lebih. Oke lah, jadinya hari ini beberes blog dulu yaaa,, padahal banyak banget yang mau ditulis dari kemarin-kemarin, cuman kok males banget (males mulu emang!).
Sekian dulu deh, mau ngerumputin blog dulu, udah semak. :D