Kebetulan hari ini Aku nonton kartun jepang, Chibi Maruko-Chan. Ada satu hal yang menurutku cukup menarik, sampai Aku merasa harus menuliskannya di sini.
Dalam sebuah episode, diceritakan Maruko-Chan mengajak teman-temannya untuk datang ke rumahnya dan bermain bersama. Saat Maruko-Chan akan membuatkan minuman untuk teman-temannya itu, tidak sengaja dia melihat ada sekotak kue di atas meja. Tanpa pikir panjang dia langsung menghidangkan kue tersebut dan langsung "husnudzan" bahwa itu sengaja dibelikan ibunya untuk mereka.
Usut punya usut, ternyata sekotak kue yang sudah dihajar habis oleh Maruko-Chan and the gank itu dibeli untuk dibawa mengunjungi kerabat mereka. Wah, Maruko-Chan pun langsung ketakutan. Apalagi Ibunya bilang bahwa kue itu harganya sangat mahal, 3000 yen (harga yang cukup mahal untuk murid SD seperti dia). Dia pun tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada ibunya, jadi ia BERBOHONG pada ibunya dan mengatakan kalau dia tidak tahu-menahu tentang kue itu.
Maruko-Chan mencari cara agar kue itu bisa kembali dan dia tidak dimarahi oleh ibunya. Alhasil, muncul lah sebuah ide. Dia mendatangi kakeknya dan kembali BERBOHONG agar dia diberi uang 3000 yen. Karena alasan untuk membeli buku, kakeknya pun dengan senang hati memberikan uang itu.
Tapi masalah belum selesai, ia masih harus membeli kue itu padahal ia juga masih harus sekolah. Akhirnya ia memutuskan untuk membolos dan meminta bantuan pada sahabatnya Tama-Chan agar BERBOHONG dan mengatakan kalau dia sedang sakit jika ditanya oleh Pak guru.
Dalam perjalanan menuju toko kue Maruko-Chan bertemu seorang polisi, dan saat ditanya kenapa ia berkeliaran di luar pada jam sekolah lagi-lagi dia BERBOHONG dan mengatakan bahwa sekolah pulang lebih awal hari ini dan dia akan mengunjungi neneknya di rumah sakit.
Maruko-Chan hampir menyelesaikan misinya, meskipun ia juga menyesal karena telah membohongi banyak orang. Tak disangka di toko kue ia bertemu Ibunya, dan iapun kembali BERBOHONG dengan mengatakan bahwa ia ingin membantu Ibunya mendapatkan kembali kue-kue yang "hilang" itu. Hampir saja ia selamat, tapi memang dasar sial. Di perjalanan pulang ia bertemu polisi tadi dan semua kebohongan Maruko-Chan pun terungkap.
Ibu memarahinya, dan bertanya mengapa ia berbohong. Maruko-Chan sangat menyesal dan meminta maaf sambil menagis tersedu-sedu di pelukan ibunya. Ia mengakui bahwa saat berbohong ia merasa sangat buruk dan tidak nyaman. Dia pun berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
...................................................................................................................
...................................................................................................................
Well, itu lah cerita singkat dari kartun jepang yang Aku tonton tadi. Cerita dengan tema yang "umum" tapi bermakna dalam. Coba lihat, kebohongan sekecil apapun yang kita mulai, pasti harus kita lanjutkan dengan kebohongan-kebohongan lain, demi menyempurnakan kebohongan pertama. Tapi masih bagus, tokoh dalam kartun tadi masih merasa tidak nyaman dan bersalah karena telah banyak membohongi orang-orang sekitarnya. Sebuah hal yang sangat ironis jika dibandingkan dengan realita kehidupan kita jaman ini. Di mana berbohong dianggap hal yang lumrah dan "biasa-biasa" saja. Tidak sedikitpun merasa tidak nyaman, apalagi merasa bersalah. Paling kalau sudah ketahuan, cuma akan dibalas dengan wajah innocent alias pura-pura lugu dan tak berdosa.
So, adakah Anda berbohong hari ini? Jika ada, segera hentikan sebelum kebohongan lain ikut tercipta. Jangan sampai Anda menjadikan KEBOHONGAN sebagai suatu KEBUTUHAN. Kalau sudah begitu, siap-siap saja, Anda pun akan jadi sasaran kebohongan orang-orang seperti Anda.